Bagi pembudidaya benih ikan, salah satu kendalanya adalah mencari pakan, terutama cacing sutera (Tubifex sp). Karena cacing sutera dicari di alam langsung (tidak dibudidayakan) maka ketersedian pakan benih ikan utamnya cacing sutera sangat tergantung faktor cuaca. Jika musim hujan siap-siap saja bagi pembudidaya tidak kebagian cacing sutera. Namun saat ini ada cara membudidayakan cacing sutera. Adapun caranya sebagai berikut:
A.PendahuluanTehnologi perikanan belakangan ini telah
berhasil memijahkan beberapa jenis ikan baik ikan hias ataupun ikan konsumsi
dengan pemijahan alami ataupun buatan, akan tetapi keberhasilan dalam pemijahan
larva ini tidak diikuti oleh keberhasilan dalam pengembangan teknologi
pemeliharaan larva, yang ditandai dengan tingkat mortalitas yang masih tinggi.
Padahal usaha budidaya ikan dan udang semakin giat dilaksanakan baik secara
intesif maupun secara ekstensif. Salah satu penyebab rendahnya SR (Survival Rates/Tingkat
Kehidupan) larva adalah masih rendahnya penguasaan teknologi penyediaan pakan,
khususnya pakan alami.Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu
alternatif pemecahannya adalah mencari pakan alami yang
lebih murah untuk menekan biaya akan tetapi nilai nutrisinya lebih lengkap.
Penggunaan pakan alami untuk budidaya ikan memiliki beberapa
keuntungan selain harganya yang lebih murah juga tidak mudah busuk sehingga
dapat mengurangi pencemaran kualitas air, lebih mendekati pada kebutuhan
biologis ikan karena merupakan jasad hidup dan mempunyai kandungan gizi yang
lebih lengkap jika dibandingkan dengan pakan buatan.Salah satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal
dengan cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah bisa memakan pakan alami. Cacing
sutra ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar ke dalam air
karena lebih sukai ikan. Cacing sutra (Tubifex sp) cukup mudah untuk dijumpai, dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya.
Kemampuanya beradaptasi dengan kualitas air yang jelek membuatnya bisa
dipelihara di perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan tercemar
sekalipun. Selain itu juga bisa bertahan lama hidup di air dan nilai gizi yang
ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Berbagai keunggulan ini
membuat Cacing sutra (Tubifex sp) menjadi primadona pakan alami bagi dunia pembenihan. Namun ketersediaan pakan alami berupa
cacing sutra masih tergantung pada kondisi alam sehingga dalam waktu – waktu
tertentu sulit diperolehPengembangan pakan alami cacing
sutra masih tergolong tradisional. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan akan
cacing sutra didapat dari alam. Hal tersebut dikarenakan teknologi budidaya
dari cacing sutra ini belum berkembang dengan baik, sehingga masih mengandalkan
tangkapan dari alam. Proses pengambilan cacing sutra dari alam membutuhkan
penanganan khusus dan ketelatenan agar didapatkan cacing yang tahan dan dapat
hidup di luar habitatnya hingga dapat didistribusaikan kepada konsumen.
Kandungan gizi cacing sutra cukup baik bagi pakan ikan yaitu berupa protein (57
%), lemak (13,3 %), serat kasar (2,04 %), kadar abu (3,6 %) dan air (87,7 %).
Kandungan nutrisi cacing sutra tidak kalah
dibanding pakan ikan alami lainya seperti Infusoria, Chalama domunas, Kotioero Monas .sp, Artemia .sp(Khairuman et al., 2008)
B.Budidaya Dengan Tray/Nampan
Plastik
Budidaya cacing sutra dengan Tray/Nampan terhitung baru
dilakukan. Sistem budidaya dengan menggunakan nampan ini baru ditemukan
beberapa waktu yang lalu oleh pembudidaya cacing sutra, Bapak Agus Tiyoso.
Pembudidaya tubifex sp yang beralamat di Kecamatan
Bulu Kabupaten Temanggung ini menemukan ide budidaya dengan sistem tray ketika
ada temannya bertamu dan lagi membicarakan cara budidaya cacing rambut. Ketika
istrinya mau menyuguhkan minuman yang dibawa dengan nampan, saat itulah terbersit ide untuk menggunakan
nampan dalam berbudidaya “Si Emas Merah Berambut” ini.
Budidaya cacing sutra dengan menggunakan media nampan/tray
ini bisa menggunakan System SCRS( Semi Closed
Resirculating System). Sistem SCRS ini
sebetulnya bukan hal baru pada sistem pembesaran pada budidaya udang. Sistem
ini pada dasarnya mengolah dan menggunakan kembali air yang sudah dipakai pada
proses budidaya udang. Pengisian air baru dari
luar sistem hanya dilakukan untuk mengganti air yang susut/berkurang akibat
kebocoran ataupun evaporasi.Pada sistem budidaya cacing sutra dengan menggunakan nampan/tray ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
1. Lebih hemat dalam penggunaan air. Air yang sudah melewati susunan media pada nampan/tray
ditampung dengan wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan
kembali ke media yang paling atas dengan menggunakan pompa air/dab.2. Menghemat Penggunaan Probiotik dan Obat-obatan lainnya. Probiotik dan obat-obatan yang dicampur pada media
tumbuh/substrat budidaya cacing sutra yang ikut terbawa arus air tidak terbuang
dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung pada wadah
bagian bawah wadah rak bersama air bisa digunakan kembali dengan cara dialirkan
ke media yang paling atas dengan bantuan pompa air/dab.3. Budidaya cacing sutra dengan sistem ini tidak membutuhkan
lahan yang luas, karena medianya disusun ke atas secar vertikal yang cenderung
bisa juga dilahan yang sempit seperti disela-sela sekatan rumah ataupun tempat
lainnya.
- Nampan diusahakan agar yang awet dan tahan pecah, sehingga
bibit yang sudah ada dimedia tidak mesti mengulang dari awal budidaya yang
biasanya membutuhkan waktu 50 – 57 hari mulai dari awal sampai dengan
panen.
- Kayu balok dan reng bambu yang dipakai juga diusahakan agar
kwalitasnya juga bagus untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan
seperti patah/roboh akibat kayu/reng bambunya patah atau gampang rapuh.
- Jumlah nampan/tray diatur sebanyak mungkin dengan tetap memperhatikan kekuatan
rangka yang ada
- Semakin banyak rak/susunan kerangka akan semakin banyak
produksi cacing sutra yang akan dihasilkan
0 komentar