kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan
adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.
- Tanah
yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. - Kemiringan
tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
- Ikan
nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
- Kualitas
air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau
kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga
biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena
plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan
yang baik antara 20-35 cm.
- Debit
air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang
dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di
air
arus deras. - Nilai
keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan
keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
- Suhu
air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
- Kadar
garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
- Penyiapan
Sarana dan Peralatan
- Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).
Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:
- Kolam
pemeliharaan induk/kolam pemijahan Kolam ini berfungsi sebagai kolam
pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter
persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m 2 . Adapun syarat kolam
pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air
40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
- Kolam
pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm. - Kolam
pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu: - Kolam
pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari
kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara
2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab
benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua
atau langsung dijual kepada pera petani. - Kolam
pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar.
Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah.
Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi. - Pembesaran
tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah
antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
- Kolam/tempat
pemberokan
Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1 - 1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm. - Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap
ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser
(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi). - Persiapan
Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi. - Pembibitan
- Pemilihan
Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut: - Mampu
memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
- Pertumbuhannya
sangat cepat.
- Sangat
responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
- Resisten
terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
- Dapat
hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
- Ukuran
induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan
berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut: - Betina
- Terdapat
3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur
dan lubang urine.
- Ujung
sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
- Warna
perut lebih putih.
- Warna
dagu putih.
- Jika
perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
- Jantan
- Pada
alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma
merangkap lubang urine.
- Ujung
sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
- Warna
perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
- Warna
dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
- Jika
perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu: - Secara manual (dipilih)
- Sistem hibridisasi antarjenis
tertentu
- Merangsang perubahan seks
dengan hormon
- Teknik penggunaan hormon seks
jantan ada dua cara.
- Perendaman
- Perlakuan hormon melalui
pakan
- Pembenihan
dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah : - Memelihara
dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan).
- Memelihara
burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar. Usaha
pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal
ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang
baru lepas dan mulut induknya disebut "benih kebul". Benih
yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang
disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih
kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama
3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10
gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah.
Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di
tempat lain lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai
10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
- Pemeliharaan
Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80-100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan. - Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Han kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis. Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kglha. Pupuk itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi tidak sampai ke dasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap diberi dedak dan katul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air tawar, payau atau sawah yang diberakan. - Pemberian
Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam. - Pemeliharaan
Kolam/Tambak
Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu - Sistem
ekstenslf (teknologi sederhana)
- Sistem
ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang.
Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air
tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada
musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang
sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem
pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di
wilayah desa miskin.
- Pemupukan
tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan
yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah
pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.). - Perkiraan
pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen
sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup
lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1
m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor.
Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak,
demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai 1.000
kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian
dilakukan seminggu sekali.
- Sistem
semi-Intensif (teknologi madya)
- Pemeliharaan
semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di
jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan.
Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan
tambahan yang teratur.
- Prasarana
berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3
kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat
dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih gelondongan besar. - Budi
daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara
monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai
sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh
dan ikan nila betina.
- Sistem
semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated),
artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun
dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan
sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak menjadi
pupuk untuk kolam.
- Usaha
tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara
bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan
bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi
pupuk bagi kebun sayuran.
- Usaha
huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan
katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di
dekat penggilingan tersebut. - Hasil
penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat
menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.
- Sistem
intensif (teknologi maju)
- Sistem
pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern.
Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengankebutuhan
pasar.
- Pemeliharaan
dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang
baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan
tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak
20% atau bahkan lebih.
- Pada
usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain
jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.
- Ransum
hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanan sebaiknya
berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%. Pemberian pakan
sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan
itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan
tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan.
Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan kualitas air, udara
panas, terlalu sering diberi pakan.
- Hama
- Bebeasan
(Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi. - Ucrit
(Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam. - Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup. - Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam. - Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun. - Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi
rumbai-rumbai atau tali penghalang. - Penyakit
- Penyakit
pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.
Pengendalian: - direndam
dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2
gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.
- direndam
dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
- Penyakit
pada insang
Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan.
Pengendalian: sama dengan di atas. - Penyakit
pada organ dalam
Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit.
Pengendalian: sama dengan di atas.
- Pengeringan
dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
- Pemeliharaan
ikan yang benar-benar bebas penyakit.
- Hindari
penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
- Sistem
pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu
pemasukan air.
- Pemberian
pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
- Penanganan
saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan
benar.
- Binatang
seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai
pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
- Panen
total
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan. - Panen
sebagian atau panen selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
- Penanganan
ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain: - Dalam
pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
- Waktu
pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
- Jumlah
kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
- Penanganan
ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain: - Penangkapan
harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
- Sebelum
dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
- Wadah
pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2
jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm. - Ikan
diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak. - Sedangkan
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai
berikut:
- Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka). - Air
yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan
penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam. - Sebelum
diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan
tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya. - Berdasarkan
lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
- Sistem
terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm. - Sistem
tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: - masukkan
air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
- hilangkan
udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
- alirkan
oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume
keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2);
- kantong
plastik lalu diikat.
- kantong
plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
dapat diisi 2 buah kantong plastik. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
adalah sebagai berikut: - Siapkan
larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10
liter air bersih).
- Buka
kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat
sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik
terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan
benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1- 2
menit.
- Masukan
benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan
diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan
tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli
dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau
formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah
1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
- Analisa
Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha budidaya ikan nila selama 1 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat adalah sebagai berikut: - Biaya
produksi
- Sewa
kolam Rp. 120.000,-
- Benih
ikan nila 4000 ekor, @ Rp.200,- Rp. 800.000,-
- Pakan
- Dedak
8 karung @ Rp.800,- Rp. 6.400,-
- Obat
dan pupuk
- Kotoran
ayam 4 karung, @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
- Urea
dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp. 18.000,-
- Kapur
30 kg, @ Rp. 1.200,- Rp. 36.000,-
- Peralatan
Rp. 100.000,-
- Tenaga
kerja 1 orang @ Rp. 7500,- Rp. 225.000,-
- Biaya
tak terduga 10% Rp. 133.340,-
Jumlah biaya produksi Rp.1.466.740,- - Pendapatan
benih ikan 85%,4000 ekor @ Rp.700,- Rp.2.380.000,-
- Keuntungan
Rp. 913.260,-
- Parameter
kelayakan usaha : B/C ratio 1,62
- Gambaran
Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan nila dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan nila mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan nila boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
- Sugiarto
Ir, 1988, Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV. Simplex
(Anggota IKAPI)”.
- Rahardi,
F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit
Swadaya, Jakarta.
0 komentar